Putriku kanza, kanza ghalibie syabibata hajar. Kasihan
dia, di usianya yang baru 4 bulan, dia harus
merasakan opname karena mengalami dehidrasi berat.
Awal kisah ketika aku rindu berat pada sosok ibu yang
jauh dariku. Aku ingin sekali bertemu dengan ibuku, aku ingin memandang
wajahnya yang sudah tua dan asri. Maka aku dan suami memutuskan untuk pergi ke rumah
ibuku dan aku tinggal beberapa lama di sana.
Hari pertama di sana,aza(begitu panggilannya) baik baik
saja. Bangun malam, menangis karena minta tetek. Begitu juga hari kedua
semuanya berjalan lancar. Tapi hari ke tiga, kenapa berbeda dari hari hari
sebelumnya? padahal besoknya aku sudah akan kembali ke malang.
Malam hari ke tiga, dia rewel. Dia merasa tidak puas
dengan asi yang aku berikan. Aku pun merasa tak tau kenapa asiku sepertinya
kosong, dan hanya keluar sedikit sekali.
Apakah mungkin dia rewel karena perbedaan cuaca antara
malang dan daerah ibuku di sana? Kalo memang iya, kenapa baru sekarang dia
rewel, padahal di hari hari sebelumnya dia baik baik saja. Wallohu a’lam.
Yang jadi pertanyaan besar di otakku waktu itu adalah
kenapa produksi asiku jadi sedikit? Dan di siang hari itu tiba tiba airnya
habis sama sekali. Kalo keluagaku bilang mungkin makannya kurang
banyak,minumnya kurang banyak,stress,capek dll. Tapi aku gak merasa itu
semua,makanku banyak,minum juga banyak,stress dan capek tidak aku rasakan. Tapi
kenapa asinya jadi mampet?
Robby… aku kasihan lihat anakku yang terus menangis
seharian, menangis karena lapar dan haus plus dia tidak bisa tidur karena
perutnya yang kosong. Aza yang sudah biasa menetek, dia tidak mau menerima susu
formula, baik dengan botol ataupun dengan sendok. Aza terus menangis, aku peluk
dia dan akupun turut menangis. Robby,kalo engkau mengizinkan biar aku saja yang
sakit. Dia masih terlalu kecil untuk mengalami hal seperti ini.
Pagi hari ke empat aku, suamiku, dan aza, kita pulang
kembali ke malang. Sampai di malang, aku melihat aza sudah sangat lemas dan
pucat. Aku bingung, aku teteki dia. Setelah aku teteki dia BAB, setelah BAB dia
muntah banyak sekali. Bingung, panik, kasihan, sedih, menangis, campur jadi
satu. Allah., kenapa anakku? Aku bawa dia ke kakak iparku untuk di susui tapi
dia tidak mau dan terus menangis.
Ahirnya aku dan suamiku membawanya ke bidan terdekat, si
bidan bilang panasnya 39 itu sudah sangat tinggi, dan dia sudah sangat lemas
dan pucat. Si bidan menyarankan agar aza di bawa ke rumah sakit untuk di infus.
Aza harus segera di tangani oleh dokter yang ahli, kalo tidak akibatnya bisa
fatal. Tanpa pikir panjang aku dan suami membawanya ke rumah sakit untuk segera
di tangani oleh ahlinya. Setelah ada sedikit obrolan antara kami dan si dokter,
ahirnya aza di bawa ke ruang UGD untuk di infus.
Allah,aku tidak tega, aku kasihan melihat tubuh mungilnya
di lilit oleh slang infus. Seandainya boleh meminta, aku minta pindahkanlah
sakitnya ke tubuhku. Tapi apalah daya aku Cuma bisa merasa iba melihat
penderitaan anakku.
Hari demi hari dia lalui dengan infus yang melekat di
tangan dan diapun harus pasrah ketika perawat datang untuk menyuntikkan obat
lewat slang infusnya. Menangis, iya kadang dia menangis, kadang juga tidak.
Tiap malam di tengah tidurnya yang nyenyak dia harus bangun untuk di suntik
obat lewat infusnya.
Tepat di pagi hari senin , dokter menyatakan aza sudah
sembuh dan sudah boleh pulang. Duh senangnya aku, alhamdulillah terimakasih
allah. Kata inilah yang aku tunggu dari si dokter. Kamipun pulang kembali ke
rumah.
Allah, anakku aza adalah amanah darimu, titipan yang
engkau percayakan kepadaku dan suamiku. Demi engkau aku akan menjaga amanahmu
dengan sebaik baik penjagaan. Apapun akan aku lakukan demi engkau, aku akan
berusaha semampuku. Wahai dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu, bantulah
aku untuk bisa menjalankannya . Amiiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar